Cabup Feri akan Bantu Alex yang Tinggal di Gubuk Tua
Membantu sesama tidaklah sulit, selama itu dilakukan dengan sukarela dan ikhlas. Meski dalam keadaan sulit, tapi dengan niat tulus tetap ada jalan untuk meringankan beban sesama.
Seperti kata pepatah minang, “Anak digendoang kamanakan dijinjiang,”. Artinya, selain melindungi dan membantu anak sebagai darah daging sendiri, tetapi keponakan juga menjadi bagian dari tanggung jawab.
Namun, sepertinya pepatah ini bukan hanya terjadi dalam lingkungan keluarga dekat. Bagi Ferizal Ridwan atau akrab disapa Buya Feri, setiap warga yang hidup miskin membutuhkan uluran tangan dan bantuan.
Itulah kemulian hati dan jiwa sosial Cabup Limapuluh Kota ini, meski kondisinya tengah terhimpit beban berat Pilkaada, karena keterbatasan finansial, ternyata ketika ada warga miskin, dia masih menyempatkan diri mengulurkan bantuan.
Adalah Arul Pratama, seorang anggota tim relawan yang menginformasikan kepada Wabup Ferizal Ridwan bahwa, ada dua orang warga kakak beradik hidup dan tinggal berdampingan dalam dua gubuk yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Kedua kakak beradik itu warga Silarak, Jorong Tanjung Haro Utara, Nagari Sikabu-kabu Tanjung Haro, saat ini membutuhkan uluran tangan para dermawan.
Tanpa pikir panjang, Wabup Ferizal Ridwan yang saat ini tengah cuti langsung merespon dan turun ke tempat tinggal dua kakak beradik yang hidup dalam kondisi memprihatikan itu.
Bangun Rumah
Meskipun kedatangan Buya Feri ke lokasi hanya mengendarai sepeda motor, tidak menjadi halangan untuk mengunjungi keluarga Alex.
“Ke dua kakak beradik yang hidup dalam ketidak berdayaan itu adalah Alex dan kakaknya Santi. Saat ini kakaknya Santi tinggal bersama ayahnya di sebuah pondok berlantai tanah, berdinding papan seberan dan anyaman bambu tanpa penerangan listrik, “ungkap Buya Feri.
Sedangkan adiknya, ulas Ferizal Ridwan, bernama Alex (26 tahun) hidup dalam bayang-bayang keputusan asaan bersama dua orang anaknya yang masing kecil-kecil, tinggal di sebuah pondok terbuat dari bambu berukuran sekitar 2×2 meter beratap plastik dan dinding pelupuh dan tidur tanpa alas kasur.
Sementara istrinya sudah beberapa bulan lalu pergi meninggalkan Alex bersama dua anaknya yang masih balita, karena masalah keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sehari-hari pria pelaku seni ini hidup sebagai tukang dendang atau pemain saluang.
“Sebelumnya Alex marantau di Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman bersama istrinya. Karena kerasnya hidup di rantau, Alex pulang ke kampungnya ke Silarak, Tanjung Haro. Dia dengan istrinya hanya nikah siri, sehingga Alex tidak memiliki dokumen kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) sehingga tidak terdaftar sebagai warga Nagari Sikabu-kabu Tanjung Haro Padang Panjang, Kecamatan Luhak,” sebut Buya Feri.
Karena itu, Buya Feri berencana dalam minggu ini akan membangun rumah berukuran sekitar 4X6 meter disebelah gubuk milik kakaknya. Selain itu, Buya Feri juga akan membantu mengurus administrasi kependudukannya dan memasukan listrik ke rumah mereka.
“Kita juga buatkan fasilitas MCK yang memadai. Bersama Arul Pratama dan kawan-kawan relawan lainnya, kita himpun donasi untuk membantu Alex,” katanya.
Sesungguhnya, ujar Buya Feri, hidup dalam garis kemiskinan seperti yang dialami Alex banyak ditemukan di Kabupaten Limapuluh Kota.
“Kedepan, kemiskinan seperti ini harus kita perangi dan atasi. Artinya, bersama pemerintah dan orang-orang peduli, kita carikan jalan ke luar agar orang-orang miskin yang ada di Limapuluh Kota bisa hidup layak,” tutupnya.