Teknologi DOMUS untuk Huntara dan Huntap
Kamis, 01 November 2018 | 12:47 WIB / Darussalam
Stephanus Koeswandi, Vice President PT Tatalogam Lestari (baju biru) bersama petinggi PT Tatalogam Lestari dan para tenaga pasang baja ringan bersetifikasi.
Jakarta - PT Tatalogam Lestari (Taso), perusahaan genteng metal dan rangka baja ringan terbesar di Indonesia, terus melakukan pengembangan dan inovasi terhadap produk-produk yang dihasilkannya. Salah satu inovasi terbarunya adalah teknologi / sistem pembangunan rumah yang cepat, kuat, indah dan tahan gempa yang dinamakan DOMUS, bahkan dengan teknologi ini Membangun Rumah Hanya Butuh Waktu 5 Hari.
Indonesia Infrastructure Week (IIW) 2018 yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran dari tanggal 31 Oktober-2 November 2018, menjadi momen penting bagi PT Tatalogam Lestari untuk memperkenalkan hasil inovasi terbarunya, DOMUS.
Teknologi Domus ini bisa diaplikasikan untuk bangunan rumah tinggal, pasar, ruko, pabrik dan gudang dan lain-lain. Dengan komponen struktur dinding memakai kanal U dan rangka atap baja ringan, menjadikan DOMUS sebagai bangunan permanen yang kuat, indah, dan tahan gempa.
Teknologi DOMUS bukan hanya bisa diaplikasikan untuk bangunan permanen, teknologi ini ternyata sangat tepat diterapkan bagi hunian sementara (Huntara) bagi rumah korban bencana alam yang belakangan banyak melanda berbagai daerah di Indonesia.
“Untuk Huntara dengan teknologi DOMUS, material dinding yang awalnya memakai bata ringan tinggal diganti material lain yang tersedia dan sesuai kemampuan, semisal : bilik bambu, panel gypsum, triplek, spandek atau bahkan bisa memakai terpal”, ujar Stephanus Koeswandi, Vice President PT Tatalogam Lestari.
Ide ini bermula dari Bapak Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR, yang disampaikan kepada Tatalogam dalam sebuah even pameran, yang menginginkan bahwa rumah hunian sementara (Huntara) harus siap untuk difungsikan dan dikembangkan menjadi hunian tetap (Huntap).
Belajar dari pembangunan rumah pasca gempa di Lombok, bahwa masyarakat memerlukan waktu guna memulihkan trauma akibat gempa. Maka dibutuhkan huntara yang siap dialih fungsikan menjadi huntap dalam waktu singkat dan memiliki konsep berkelanjutan, sehingga tidak ada huntara yang mubazir dalam pembangunannya.
“Karenanya kami coba kembangkan produk huntara dengan memadukan smart technology dan efisiensi untuk menghasilkan huntara yang bisa dikembangkan/dilanjutkan menjadi hunian tetap,” ujarnya.
Huntara Domus standar dengan luas bangunan 36 M2 bisa dibangun dalam waktu 2 (dua) hari saja. Apabila masyarakat yang akan menempati bersedia, maka desain huntara pada lahan terbatas bisa dibuat menjadi bentuk kopel, yaitu rumah yang berpasangan (berhimpitan), satu atap terdiri dari lebih dari satu unit rumah.
Huntara dengan teknologi Domus ini, jika sudah tidak terpakai bisa dibongkar lalu disimpan dan bisa digunakan lagi jika terjadi bencana. Atau bahkan bisa dikembangkan mejadi hunian tetap, dengan hanya mengganti material dinding sebelumnya dengan bata ringan.