Ketimbang Sukuk, Pemerintah Akan Perbanyak Global Bonds Konvensional
Jakarta - Pemerintah mengungkapkan akan memperbanyak porsi penerbitan global bonds (konvensional) ketimbang sukuk global karena tren penurunan harga minyak internasional yang membuat lesu perekonomian negara-negara Arab, yang merupakan pasar utama.
Direktur Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Scenaider CH Siahaan, mengatakan negara-negara Timur Tengah dihadapkan kondisi fiskal yang cuku sulit. Jika sebelumnya harga minyak dunia yang merupakan komoditas sumber penerimaan negara Arab di sekitar US$100 per barel, kini telah jatuh dan memberatkan budget mereka.
Sehingga, lanjutnya, mereka juga mulai besar-besaran menarik investasi dengan menerbitkan pembiayaan obligasi negara. Dan kondisi tersebut bisa mempengaruhi rencana penerbitan sukuk global Indonesia yang selama ini pangsa pasar terbesarnya adalah Timur Tengah.
"Ya prospeknya (pasar Sukuk Global RI di Timur Tengah) tetap ada. Tapi tidak akan sebanyak sebelumnya. Karena mereka juga mulai menerbitkan obligasi negara untuk memenuhi budget-nya," kata Scenaider di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (27/2).
Lebih lanjut Scenaider menyatakan, di tengah tren jatuhnya harga minyak internasional, maka penerimaan negara-negara Arab menjadi menurun. Sementara itu, kebutuhan pemenuhan subsidi harus tetap dilakukan, sehingga penerbitan pembiayaan menjadi cara yang bisa dilakukan, selain melakukan diversifikasi komoditas ekspor agar tidak tergantung dengan minyak mentah.
"Tapi kan untuk diversifikasi ekspor itu butuh waktu. Dia butuh waktu, butuh uang, butuh investasi besar, SDM dan segala macam, jadi transisinya tidak bisa cepat. Maka mereka (negara-negara Arab) perlu menerbitkan pembiayaan, perlu utang, sehingga menerbitkan obligasi negara," ujarnya.
Untuk itu, Ia mengakui kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi rencana penerbitan Sukuk Global RI karena harus bersaing di pasar Timur Tengah. Sehingga jalan yang bisa ditempuh adalah dengan menyasar pasar lain seperti Eropa Barat, Amerika Serikat, maupun Jepang.
Dengan demikian, Pemerintah akan memperbanyak penerbitan global bonds atau oblogasi negara global yang konvensional.
"Kita lihat kalau nanti pun mereka (investor Timur Tengah) permintaannya kurang, ya kita kurangi saja sukuk global kita, ya kita kan realistis saja. Nanti kita alokasikan mungkin kita naikkan (penerbitan Samurai Bonds) yen kita tambah, euro kita nambah, atau USD kita tambah. Tapi selama ini kan yang dari negara Teluk juga tidak terlalu besar. Banyak malah dari eropa," jelasnya.