BGN Dorong Pemanfaatan Lahan Warga untuk Kendalikan Harga Pangan Penopang Program MBG
Dok: Istimewa.
Jakarta - Badan Gizi Nasional (BGN) melihat kebutuhan pangan untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) meningkat jauh lebih cepat dari perkiraan. Jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terus bertambah membuat permintaan sayur, buah, telur, dan daging ayam melonjak, dan pada akhirnya ikut mendorong kenaikan harga di berbagai daerah.
Wakil Kepala BGN, Nanik Sudaryati Deyang, menjelaskan bahwa tekanan harga ini mulai terasa di sejumlah komoditas. Wortel, misalnya, sudah mencapai Rp 23.000 hingga Rp 25.000 per kilogram. Di tingkat petani, harga kentang di Ciwidey berada di kisaran Rp 8.000 per kilogram, tetapi harga di pasar bisa mencapai Rp 10.000–11.000, bahkan di Dieng bisa mencapai Rp 12.000. Menurutnya, tingginya permintaan dari SPPG menjadi salah satu pemicunya.
Karena itu, BGN meminta Kementerian Dalam Negeri untuk mengimbau para kepala daerah agar menggerakkan masyarakat memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah. Nanik berharap warga mulai menanam sayuran dan buah-buahan, serta memelihara ayam petelur dan pedaging. Langkah ini dinilai dapat membantu menambah pasokan bahan pangan yang dibutuhkan program MBG sehingga tidak menekan harga pasar dan memicu inflasi.
Saat ini lebih dari 15 ribu SPPG sudah terverifikasi dan hampir 14 ribu di antaranya telah beroperasi, melayani sekitar 43 juta penerima manfaat. Dengan skala sebesar itu, Nanik menegaskan bahwa kebijakan penggunaan bahan baku harus lebih adaptif. Jika suatu komoditas sedang murah, SPPG diarahkan untuk memanfaatkannya. Namun bila harga satu komoditas melonjak, penggunaannya perlu ditekan agar tidak memperparah kenaikan.
Ia juga menyoroti bahwa setelah beberapa insiden keamanan pangan, banyak SPPG memilih bermain aman dengan memakai bahan baku yang sama terus-menerus. Padahal diversifikasi menu penting untuk menjaga stabilitas harga dan memastikan pilihan bahan pangan tidak terpusat pada satu komoditas saja. Karena itu, BGN mendorong agar diversifikasi dilakukan lebih serius, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru, ketika harga pangan biasanya naik.
Melalui gerakan pemanfaatan lahan dan penyesuaian menu ini, BGN berharap ekosistem penyediaan pangan untuk MBG dapat berjalan lebih stabil, tidak membebani pasar, dan tetap menjaga kualitas gizi bagi jutaan anak penerima manfaat di seluruh Indonesia.


