MENU TUTUP
Terpopuler     Nasional Daerah Home

Festival Internasional Bambu Tubaba Di Uluan Ughik Dari 6-8 November 2020

Selasa, 03 November 2020 | 17:22 WIB / Rulli Hrp
Festival Internasional Bambu Tubaba  Di Uluan Ughik Dari 6-8 November 2020 Masyarakat Kabupaten Tulang Bawang Barat menyambut Festival Internasional Bambu Tubaba yang akan digelar dari 6- 8 November 2020

Kab. Tulang Bawang Barat-Sebuah event berskala internasional akan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Provinsi Lampung, yaitu Tubaba International Bamboo Festival (TIBF), dipusatkan di Uluan Ughik, Tubaba, 6-8 November 2020.

Ketua Panitia TIBF, Salim Try, menjelaskan bahwa TIBF merupakan gelaran yang menjadikan bambu sebagai pokok bahasan (subject matter). Di dalamnya didistribusikan pengetahuan bambu dengan spektrum yang luas: arsitektur, seni kriya, seni pertunjukan, kuliner, dan pengetahuan tradisional.

Festival ini memiliki sejumlah agenda, yaitu: penerbitan buku, pameran, workshop, seni pertunjukan, penanaman pohon bambu, dan permainan rakyat. Diselenggarakan oleh Sekolah Seni Tubaba dengan dukungan dari Kemendikbud, dan Pemda Tubaba. Festival ini dikuratori oleh Gede Kresna.

Buku yang akan diterbitkan berjudul “Menjaga Bambu Nusantara dari Tubaba”, ditulis oleh 10 pegiat bambu dari berbagai latar belakang: akademisi, arsitek, pelaku industri bambu, pegiat kriya, dan seniman pertunjukan.  Sepuluh penulis buku adalah: Prof. Elizabeth Wijaya (akademisi), Muqodas Syuhada (arsitek), Undagi Jatnika Nagamiharja (praktisi), Eko Prawoto (arsitek), Singgih Susilo Kartono (praktisi), Gede Kresna (arsitek),  Lawe Samagaha (seni pertunjukan), Studio Dapur (kriya) dan Putra Dharmalko Tumangke Maxy ( arsitek). Penerbitan buku tersebut diharapkan bisa berkontribusi bagi literasi bambu di Indonesia. Launching buku akan ditayangkan secara daring. 

Produk-produk kriya bambu tradisional yang hidup di dalam kebudayaan sungai di kampung-kampung tua di Tubaba menjadi bagian penting dalam festival ini. Bubu-bubu bambu yang merupakan teknologi tradisional tersebut telah menjadi ekosistem bambu yang membantu modus ekonomi warga, dengan teknologi tradisional tersebut pula pencarian ikan di sungai tidak semata kegiatan ekstraktif biasa. Pada kesempatan kali ini Bubu diperlakukan sebagai karya instalasi utama festival.

Pengetahuan warga kampung-kampung tua akan didistribusikan secara luas pada bagian acara workshop “Membuat Bubu”. Workshop kriya tradisional tersebut dilengkapi dengan workshop “Membuat Keranjang Botol” oleh Rumah Intaran. Sementara Pengalaman Rasa akan menggelar workshop “Kuliner Bambu” 

Arsitek Effan Adhiwira akan berbagi workshop membuat instalasi bambu dan arsitek Eko Prawoto akan merespon bubu-bubu berukuran besar sebagai karya instalasinya. Workshop lain yang juga sangat penting adalah workshop membuat instrumen musik Q-thik oleh Lawe Samagaha. Instrumen musik Q-thik merupakan instrumen musik “tradisonal baru” yang telah menjadi bagian penting dalam program kebudayaan Tubaba. Sedangkan Indonesia Bamboo Comunity (IBC), sebuah lembaga yang dikenal inisiator membuat instumen-instrumen musik modern berbahan bambu akan menggelar workshop pembuatan gitar bambu. 

Sejumlah partisipan luar negeri akan terlibat dalam pameran dengan tajuk “Parametric in Bamboo” merupakan karya-karya sketsa instalasi bambu hasil respon dari bubu-bubu Tubaba. Mereka di antaranya adalah: Carlos Banon (Singapura), Christian Salandanan (Philippina), Lucas Loo (Malaysia), Osamu Sekigushi (Jepang), Prof Touki Shiga (Jepang), Irina Biletska (Brazil) dan Indra Santosa (Swiss). Selain pameran, partisipan luar negeri akan berbagi konsep kekaryaan bambu mereka melalui perkuliahan (lecture) yang telah direkam secara khusus. Rekaman video ditayangkan sepanjang festival. 

Pameran kriya bambu melibatkan sejumlah lembaga: Rumah Intaran, Studio Dapur, Indonesia Bamboo Comunity, Sepedagi dan Akademi Bambu Nusantara. Juga memamerkan sejumlah kerajinan tradisonal dari seluruh Sumatra dan bubu dari kampung-kampung tua di Tubaba.

Salim Try juga menjelaskan bahwa festival ini setiap hari akan menampilkan seni pertunjukan, pada malam penutupan kelompok musik Senyawa, sebuah kelompok musik eksperimental dari Yogyakarta, yang dikenal dengan penggunaan instrumen bambu akan menjadi penutup seluruh rangkaian acara. Kelompok lain adalah Pringlaras (Pringsewu), Orkes Ba’da Isya (Bandarlampung), Ijotafara (Tubaba), Voice of Culture (Tubaba), Sanggar Pakem Anak Rawa (Tubaba), Sanggar Buntara Budaya (Tubaba), Q-Plus (Tubaba), Gadis Senja (Tubaba) dan Pertunjukan Sirkus Api oleh Vian dan Anastasya (Tubaba-Makassar). 

Kegiatan ini menerapkan protokol kesehatan. Pada acara pembukaan dan penutupan panitia hanya mengundang tamu sejumlah 50% dari kapasitas ampi teater Ulluan Nughik. Panitia menyiapkan 1000 masker, hand sanithiser dan alat pendeteksi suhu yang memadai. 

Baca Juga

Bangun Kedekatan Dengan Saluran Udara

Menumpas Aksi KKB Lewat Pendekatan Soft dan Hard Power

Polri Gelar Pelatihan Konten Kreatif

Ciptakan Herd Immunity, Perwira Tinggi Mabes Polri Jalani Vaksin Covid-19 Tahap 1

21 Akun Medsos Ditegur Virtual Police Karena Bernada Povokasi

Kontak Informasi indonesiareports.com
Redaksi: redaksiindonesiareports[at]yahoo.com
Iklan: iklanindonesiareports[at]yahoo.com