Kemendag Dukung Ekspor Perikanan Sulawesi Utara
Manado-Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara melakukan pelepasan ekspor produk perikanan dan pertanian di Bandara Samratulangi, Sulawesi Utara, Rabu (10/11).
Komoditas yang dilepas ekspornya sebagian besar adalah komoditi perikanan sejumlah 15 ton.
“Kegiatan ini merupakan kerja sama antara berbagai pihak terkait dalam mendorong pemasaran produk–produk unggulan daerah Sulawesi Utara dan sekitarnya ke pasar global termasuk pasar Jepang,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi di tempat terpisah.
Kegiatan ekspor kali ini dilaksanakan dengan memanfaatkan direct call rute penerbangan Garuda Indonesia dari Samratulangi–Narita Jepang.
"Penggunaan cargo udara seperti ini merupakan solusi atas kelangkaan peti kemas dalam pengangkutan melalui jalur laut", ujar Marolop Nainggolan, Direktur Kerjasama Pengembangan Ekspor, Kementerian Perdagangan.
"Kami mengharapkan hingga akhir tahun 2022 akan tercapai sejumlah 1000 ton produk ekspor dari Sulawesi Utara ke pasar Jepang menggunakan direct call Garuda Indonesia", tambah Marolop.
Pada kesempatan yang sama Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional berkerjasama dengan Japan External Trade Organization (JETRO) melakukan kegiatan pertemuan antara pelaku usaha Jepang dan Sulawesi Utara.
"Kegiatan pertemuan antara para pelaku usaha ini dilaksanakan dalam rangka menjaga dan meningkatkan pangsa pasar produk perikanan Indonesia di Jepang", ujar Marolop Nainggolan.
Produk perikanan merupakan salah satu produk yang memiliki potensi ekspor yang besar untuk tujuan pasar dunia seperti Jepang dan Amerika Serikat. Ekspor produk perikanan Indonesia pada Januari–Agustus 2021 mencapai USD 2,46 milyar atau meningkat 4,05% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Nilai porsi ekspor ke negara tujuan ekspor utama produk perikanan Indonesia antara lain USA sebesar 37,51%, Tiongkok sebesar 20,79%, dan Jepang sebesar 10,71%, serta Vietnam sebesar 3,94% dan Malaysia sebanyak 3,18%.