Toko-toko di Plaza ATC Sidimpuan Pilih Tutup Bulan Depan
Padangsidimpuan-Sejumlah pedagang di Kota Padangsidimpuan, Sumut mengeluhkan sikap PT Anugerah Tetap Cemerlang (ATC), pengembang plaza tersebut yang terkesan menekan mereka.
Himpunan pedagang menyatakan kelalaian pihak pengelola Plaza ATC dalam menyediakan fasilitas gedung itu yang tidak bisa ditanggulangi secara cepat, hingga menimbulkan kekecewaan terhadap para pedagang.
Menurut mereka, sudah sejak lama para pemilik toko melayangkan protes kepada pihak pengelola agar memperbaiki fasilitas gedung. Namun, tetap saja membiarkan kondisi itu hingga akhirnya rentetan kerusakan fasilitas harus ditanggung sendiri oleh para pedagang.
Dirut PT ATC Musa Ichwansyah ketika dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp hanya membaca pesan dan tidak menanggapi. Bahkan, ketika dihubungi via telepon juga tidak aktif.
Padahal, selama ini pedagang terus dipaksa untuk membayar uang servis pengelolaan secara tepat waktu sebesar Rp1.500.000 setiap bulannya. Namun, pihak pengelola mewajibkan para pedagang untuk membenahi fasilitas masing-masing.
Sejak tanggal 8 Mei hingga 17 Mei lalu, Plaza ATC terkena pemadaman listrik hingga 10 hari. Kondisi itu akibat terbakarnya trafo listrik seiring kondisi cuaca Kota Sidimpuan yang saat itu disertai hujan dan petir .
Akibat pemadaman itu, setiap pedagang pemilik kios diminta oleh pengelola mengeluarkan biaya rata-rata Rp75 ribu untuk membeli solar guna menghidupkan genset.
“Kalau untuk urusan bayar sewa, urusan Rupiah, mereka kencang karena yang nunggak langsung listrik diputusnya," kata salah seorang pedagang.
Berdasarkan keterangan dari pedagang, eskalator juga sudah tidak berfungsi lagi, belum lagi pendingin ruangan (AC) kini tidak bisa dihidupkan. Alhasil, banyak pengunjung dan karyawan toko di dalam Plaza ATC yang kepanasan.
Tapi untungnya, Meski kepanasan hal itu tidak mempengaruhi jumlah pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan di jantung pusat kota Padangsidimpuan tersebut.
Di samping itu, pedagang juga mengeluhkan petugas kebersihan yang hanya tersisa dua orang yang awalnya berjumlah delapan orang. Ditambah lagi petugas keamanan atau sekuriti yang juga tersisa 3 orang yang awalnya berjumlah 23 orang.
Ironis memang, sebagai satu-satunya plaza yang cukup banyak didatangi pengunjung, tidak sewajarnya pihak pengelola membiarkan masalah ini berlarut-larut.
Bahkan lampu koridor tempat pengunjung berlalu lalang banyak yang mati. Tetapi, pihak pengelola meminta para pemilik toko mengeluarkan biaya masing-masing dan mengganti sendiri lampunya.
Akibat kondisi ini, seluruh pedagang menyampaikan akan mogok buka toko mulai bulan depan. Hal ini sebagai imbas dari kesewenang-wenangan pihak pengelola yang tidak mau menerima masukan dari para pedagang.