Antisipasi Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Kakao
Ambon-Perubahan iklim memiliki dampak yang signifikan bagi keberlangsungan komoditas pertanian termasuk perkebunan.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo meminta jajarannya agar lebih sigap mengantisipasi perlindungan tanaman maupun perkebunan. Langkah ini diyakini bisa meningkatkan produktivitas, pengembangan komoditas, maupun usaha pertanian.
Tak dapat dipungkiri salah satu tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan produksi disebabkan oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Ketika musim hujan sering terjadi peningkatan serangan penyakit tanaman hingga banjir yang dapat merusak areal perkebunan. Kondisi ini menjadi momok bagi petani kakao yang tersebar di 10 provinsi yakni, Sulut, Sultra, Sulsel, Sulteng, Sulbar, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Selain itu, serangan penyakit tanaman juga menyasar wilayah kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) di Ambon, yang merupakan UPT Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan).
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2019, jumlah curah hujan rata-rata di 10 provinsi tersebut mencapai 1.870,63 mm yang termasuk dalam kategori curah hujan sangat tinggi (>500 mm), sedangkan kelembapan rata-rata dan suhu rata-rata mencapai 82,05% dan 27,200C.
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat rentan terhadap perubahan iklim khususnya curah hujan dan kelembapan. Pertumbuhan dan penyebaran jamur akan semakin cepat saat berada di lingkungan dengan curah hujan dan kelembapan tinggi.
Beberapa jenis OPT seperti busuk buah dan kanker batang meningkat tajam saat musim hujan. Serangan penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora, sedangkan VSD (Vascular Streak Dieback) disebabkan oleh jamur Ceratobasidium theobromae (Syn. Oncobasidium theobromae.)
Jamur parasit ini lebih mudah tersebar di daerah beriklim basah dengan curah hujan yang tersebar merata sepanjang tahun daripada di daerah beriklim kering.
Namun, serangan hama pada kakao cenderung meningkat saat memasuki musim kemarau. Hal ini tentu sangat berbeda dengan pola serangan penyakit. Serangan hama pada tanaman kakao yang sering ditemui adalah penggerek buah kakao/PBK (Conopomorpha cramerella) dan penghisap buah kakao. (Hukmas Ditjen Bun)