MENU TUTUP
Terpopuler     Nasional Daerah Home

Pembangunan Infrastruktur Harus Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Jumat, 24 Agustus 2018 | 11:39 WIB / Yapto Prahasta Kesuma
Pembangunan Infrastruktur Harus Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono
Jakarta – Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas pembangunan Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla untuk mengejar ketertinggalan guna meningkatkan daya saing nasional dan pemerataan pembangunan. 
 
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur juga harus ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga manfaatnya dapat dirasakan generasi mendatang. 
 
“Prinsip-prinsip pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan dan berkelanjutan menjadi komitmen Kementerian PUPR mulai dari tahap survei, investigasi, desain, pembebasan tanah (land acquisition), konstruksi, hingga operasi dan pemeliharaan (SIDLACOM),” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat memberikan orasi ilmiah pada acara Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture (SML) XVIII dalam rangka memperingati HUT Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ke 51 tahun di Jakarta, Kamis (23/8/2018). 
 
Upaya meminimalkan dampak negatif pembangunan infrastruktur terhadap lingkungan, Menteri Basuki mengatakan, harus diperhitungkan secara cermat daya dukung lingkungan serta mengoptimalkan pengembangan seluruh potensi wilayah yang tersedia. Sebagai contoh, beberapa provinsi di Pulau Kalimantan tidak memiliki batu pecah dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. 
 
“Untuk  mengatasi kondisi  tersebut,  dikembangkan berbagai teknologi berbasis material lokal dalam pembangunan infrastruktur, diantaranya pemanfaatan sandbase lapis pondasi aspal sebagai pondasi badan jalan, timbunan ringan dengan  material  dasar utama pasir untuk badan jalan di atas tanah lunak. Contoh lainnya adalah penggunaan batang   pohon   lontar   sebagai   bahan bangunan perumahan,” jelas Menteri Basuki. 
 
Dalam restorasi lingkungan, Kementerian PUPR saat ini tengah melakukan revitalisasi danau, embung, reservoir air alami atau buatan  yang mengalami masalah sedimentasi dan pertumbuhan eceng-gondok, diantaranya  revitalisasi  Danau  Rawa  Pening, Danau Limboto, Danau Tempe dan Danau Tondano. 
 
Kegiatan revitalisasi juga dikombinasikan  dengan  kegiatan-kegiatan yang didesain untuk menurunkan laju masukan sedimen ke  tampungan  air,  seperti di  Waduk  Wonogiri,  Bendungan Wlingi dan Bendungan Batujai.
 
“Pengurangan sedimen pada tampungan air akan memberikan tambahan volume air. Manfaatnya sama dengan pembangunan bendungan atau embung baru, dengan masalah sosial dan biaya yang bisa jauh lebih rendah.
 
Di kawasan perkotaan, Kementerian PUPR melakukan perbaikan kualitas air sungai seperti restorasi Sungai Cikapundung di Bandung, Banjir Kanal Timur di Semarang dan pengendalian pencemaran lingkungan akibat bau air Kali Sentiong menggunakan Teknologi Bioremediasi. 
 
“Untuk pengendalian banjir rob di Kota Semarang, akan ditangani melalui pembangunan jalan tol Semarang - Demak yang terintegrasi dengan pembangunan tanggul lautnya,” ujarnya. 
 
Kota-kota yang ramah lingkungan juga terus didorong Kementerian PUPR dengan membangun ruang terbuka hijau, ruang publik, termasuk pembangunan kebun raya bersama LIPI. Selain contoh-contoh tersebut, Kementerian PUPR aktif mendorong pembangunan Green Buildings dan Green Roads di berbagai lokasi tanah air.
Baca Juga

Kapolda Metro Jaya Lantik Brigjen Suyudi Jadi Wakapolda

Menyambut Hari Raya 1444 H, UP PKB Jagakarsa Melakukan Ramcheck di Terminal Pulo Gebang

Layanan Super Cepat, 30 Menit Pasti

Satlantas Polres Metro Bekasi Sosialisasikan Tertib Berlalu Lintas dan Tidak Parkir Sembarangan

Berbenah, Menuju Pelayanan Prima

Kontak Informasi indonesiareports.com
Redaksi: redaksiindonesiareports[at]yahoo.com
Iklan: iklanindonesiareports[at]yahoo.com