MENU TUTUP
Terpopuler     Nasional Daerah Home

Sistem Resi Gudang Bisa Dongkrak Harga Lada Putih di Babel

Jumat, 20 April 2018 | 19:01 WIB / Ali Ramadan Munthe
Sistem Resi Gudang Bisa Dongkrak Harga Lada Putih di Babel Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman (dua dari kiri) saat presentasi di hadapan asosiasi perusahaan lada di Kementerian Perdagangan RI, Jakarta

Jakarta - Salah satu upaya Pemerintah Provinsi Bangka Belitung (Babel) untuk meningkatkan kualitas, produktivitas dan harga lada putih dengan membentuk sistem resi gudang. Karena, hasil panen lada bisa disimpan di gudang dengan standar kualitas yang terjaga.

Gubernur Babel, Erzaldi Rosman menyampaikan, Lada bangka memiliki kadar pepperin 6%-7% yang berbeda dengan lada lainnya yang hanya mengandung nilai pepperin 2,5%-3%.

“1 ons lada bangka sama dengan 2 ons lada dari daerah lain,” katanya ketika presentasi di hadapan pengusaha lada dalam acara temu perusahaan dan industri lada di Auditorium Kementerian Perdagangan RI, Selasa (19/4).
 
Menurut Erzaldi, untuk menjaga kualitas lada tetap maksimal, pemerintah daerah akan menampung hasil panen lada dengan menyediakan sistem resi gudang. Dengan demikian, harga lada putih ini akan terus naik baik di pasar lokal, nasional maupun internasional, seiring peningkatan kualitas lada putih.

“Harapannya dari pertemuan, ini kita membangun sistem perdagangan bersama-sama. Bukan berarti saya mengabaikan eksportir yang ada sekarang, tetapi dengan adanya koperasi lada ini saya akan membuat regulasi secara bersama-sama dimana ketika lada ini keluar dari Babel mendapat sertifikat kualitas,” ujarnya kepada pengusaha.

Ia mengatakan, saat ini harga lada putih di tingkat petani hanya Rp50 ribu per kilogramnya, dan ini cukup merugikan petani karena biaya pengelolaan lahan serta perawatan tanaman lada cukup tinggi.

Hal ini jauh berbeda dengan harga jual lada bangka di Bali yang mencapai Rp200 ribu per ons nya, sedangkan di tingkat lokal (Bangka) hanya Rp 50 ribu per kg nya.

“Kasihan petani Bapak/Ibu. Petani itu kerja buka baju sampai hitam, bongkok, dan dihargai Rp50 ribu sekilonya. Tapi di sana (Bali) dijual Rp200 ribu satu ons,” imbuhnya.  

Karena itu, untuk meningkatkan kualitas lada di Bangka pihaknya sudah menggandeng beberapa universitas untuk menjaga kualitas lada mulai dari bibit, penanaman, pupuk, pemeliharaan, sampai kepada pemilihan lokasi perkebunan.
 
“Kami melakukan banyak kerjasama dengan IPB, UGM, UPT sendiri, Batan, dan satuan kerja di kementerian pertanian,” katanya.
 
Selain itu, pihaknya juga telah menerima bantuan bibit dari Kementerian Pertanian RI sebanyak 5,2 juta bibit yang akan ditanam di atas lahan seluas 7000 hektar. “Saya merubah mindsetnya, saya inging lahan petani yang tadinya 1 ha hanya 300 kg, bisa naik menjadi 2 ton. Ini yang akan saya kembangkan,” tambahnya.

Diketahui, saat ini perusahaan buyer lada terbesar dari Eropa sudah membina sebanyak 1000 petani untuk pengembangan lada di Bangka. “Sedangkan, buyer dari Amerika rencananya akan masuk setelah lebaran 2018,” uajrnya.
 
Beberapa asosiasi yang hadir dalam pertemuan ini yakni PT jamu, fast food, asosiasi franchise, asosiasi rempah, dan lainnya.

Baca Juga

Terlibat Korupsi dan Narkoba, Wali Kota Singkawang Pecat Lima Bawahannya

Luncurkan Layanan Berbasis IT untuk Pengunjung dan Narapidana

Ini Inovasi Gemilang Disducapil Kota Balikpapan dalam Melayani Masyarakat

Dukung Kenyamanan Pengunjung, Lapas Kota Agung Berbenah Diri

Akhir Tahun Semakin Dekat, Bupati Merauke Minta SKPD Lebih Fokus Kerja

Kontak Informasi indonesiareports.com
Redaksi: redaksiindonesiareports[at]yahoo.com
Iklan: iklanindonesiareports[at]yahoo.com