Peringatan HAD ke-26
Peran Masyarakat Jaga Kelestarian Tampungan Air Jadi Kunci Keberhasilan
Minggu, 08 April 2018 | 23:19 WIB / Yapto Prahasta Kesuma
Empat dari kiri : Dirjen SDA Imam Santoso bersama KPS dari berbagai daerah di acara FGD kemitraan dalam upaya pelestarian dan perlindungan sumber daya air. (Ali Ramadan)
Semarang - Sebanyak 34 Komunitas Peduli Sungai (KPS) dari berbagai daerah berkumpul dan berbagi pengalaman dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian sungai di Universitas Diponegoro, Semarang, Jumat (6/4).
Selain KPS, kelompok peduli sampah juga tampil menyampaikan pengalamannya mengelola Tempat Pengolahan Sampah dengan cara reduce, reuse dan recycle atau TPS-3R.
Kegiatan tersebut merupakan bagian acara focus group discussion (FGD) kemitraan dalam upaya pelestarian dan perlindungan sumber daya air.
FGD bertujuan berbagi pengetahuan dan pengalaman dari kalangan pemerintah, akademisi, budayawan, dan kelompok masyarakat dalam rangka peringatan Hari Air Dunia (HAD) ke-26 yang diperingati pada tanggal 22 Maret 2018.
HAD tahun 2018 mengusung tema “Nature for Water” yang kemudian diadaptasi menjadi “Lestarikan Alam Untuk Air” untuk Indonesia.
“Peringatan HAD tidak hanya seremoni semata. Kepedulian kita semua untuk melestarikan alam sebagai solusi mengatasi berbagai permasalahan terkait air yang tengah kita hadapi,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono beberapa waktu lalu.
Dalam acara FGD tersebut, Dirjen Sumber Daya Air Imam Santoso menyampaikan peran masyarakat menjaga kelestarian tampungan air seperti sungai, danau, embung dan waduk menjadi kunci keberhasilan.
“Peringatan HAD menjadi momentum bagi masyarakat dunia termasuk Indonesia untuk bekerjasama memelihara alam untuk keberlanjutan sumber daya air,” kata Imam.
Kegiatan yang dilakukan KPS beragam, seperti kegiatan susur sungai untuk mengetahui kondisi sungai, aksi bersih sungai rutin, penghijauan sempadan sungai dan edukasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah dan kotoran ke sungai.
Kementerian PUPR memberikan pembinaan kepada komunitas tersebut dengan menyelenggarakan Sekolah Sungai dan Penataan Lingkungan bekerjasama dengan perguruan tinggi yang diikuti anggota komunitas.
Selain itu juga dilakukan pemilihan KPS Terbaik Nasional setiap tahunnya sebagai apresiasi dan memotivasi masyarakat dalam menjaga sungai dan lingkungannya.
“Masyarakat harus mengetahui sumber daya air kita terbatas baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena itu kita bersama harus menjaga sumber-sumber air yang ada demi anak cucu kita,” jelas Imam.
Dari 15 danau kritis di Indonesia, 7 danau menjadi prioritas untuk ditangani yakni Danau Tempe di Sulsel, Danau Limboto di Gorontalo, Danau Batur di Bali, Danau Tondano di Manado, Danau Toba di Sumut, Danau Sentani di Papua dan Danau Rawa Pening di Jawa Tengah dimana progresnya sudah 40-50 persen.