MENU TUTUP
Terpopuler     Nasional Daerah Home

Kepala BNPB Tegaskan Pentingnya Mitigasi Berbasis Riset di Konferensi Internasional UNAND

Jumat, 10 Oktober 2025 | 16:31 WIB / Redaksi
Kepala BNPB Tegaskan Pentingnya Mitigasi Berbasis Riset di Konferensi Internasional UNAND Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto. Dok: Istimewa.

Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menegaskan bahwa pengurangan risiko bencana di Indonesia harus berpijak pada riset dan kolaborasi ilmiah lintas sektor.

Hal itu disampaikan saat menjadi keynote speaker dalam Konferensi Internasional Penanggulangan dan Mitigasi Bencana ke-3 (3rd ICDMM) yang diselenggarakan Universitas Andalas (UNAND) di Padang.

Menurut Suharyanto, mitigasi berbasis riset merupakan langkah strategis dalam membangun bangsa yang tangguh menghadapi ancaman bencana.

Ia mengingatkan kembali tragedi gempa bumi berkekuatan 7,6 magnitudo yang mengguncang Sumatera Barat pada 30 September 2009, menewaskan ribuan orang, merusak lebih dari 135 ribu rumah, dan menimbulkan kerugian ekonomi hingga Rp22 triliun.

“Delapan puluh satu persen wilayah Indonesia rawan gempa. Karena itu, mitigasi tidak bisa hanya sebatas imbauan, tetapi harus berbasis bukti ilmiah dan riset yang kolaboratif, melibatkan unsur pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media,” tegas Suharyanto di hadapan peserta konferensi.

Ia memaparkan tiga strategi utama mitigasi yang kini menjadi fokus BNPB. Pertama, penguatan riset kebumian untuk memperbarui peta risiko secara detail. BNPB, kata Suharyanto, telah memanfaatkan hasil penelitian BRIN dan berbagai universitas, termasuk UNAND, dalam memetakan zona megathrust serta menyusun peta evakuasi tsunami di 182 desa rawan.

Kedua, pendekatan struktural berbasis rekayasa, melalui penataan ruang, penguatan bangunan tahan gempa, dan desain arsitektur adaptif terhadap risiko tsunami.

Ketiga, pendekatan non-struktural berbasis masyarakat dan teknologi, seperti pemanfaatan kecerdasan buatan untuk simulasi bencana serta pengintegrasian kearifan lokal dalam desain hunian aman bencana.

“Kita harus belajar dari Jepang tahun 2011. Bangunan tahan gempa tidak cukup. Kita perlu merancang rumah tahan tsunami agar korban bisa diminimalkan,” ujarnya.

Suharyanto juga menyampaikan apresiasi kepada Universitas Andalas atas komitmennya menjadi pusat riset kebencanaan di wilayah rawan bencana. Melalui penyelenggaraan konferensi internasional ini, ia berharap kolaborasi antara peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan dapat menghasilkan inovasi nyata yang berdampak langsung bagi masyarakat.

“Bencana adalah urusan bersama. Tidak ada satu pihak pun yang bisa bekerja sendiri. Sinergi pentaheliks menjadi kunci menuju Indonesia tangguh bencana,” tutupnya.

Konferensi 3rd ICDMM ini terselenggara atas dukungan Pemerintah Australia melalui program SIAP SIAGA, serta menjadi momentum penting bagi UNAND memperkuat jejaring riset kebencanaan di tingkat global.

Baca Juga

BNPB Perkuat Dukungan Pemulihan Pascagempa Sarmi, Papua: Fokus pada Distribusi Logistik dan Pendampingan Teknis

BNPB Catat Peningkatan Cuaca Ekstrem di Sejumlah Daerah, Warga Diminta Waspada

Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Wilayah, BNPB Imbau Warga Tingkatkan Kesiapsiagaan

Indonesia Dorong Resiliensi Berkelanjutan di ASEAN, Terima Keketuaan AMMDM 2026 dari Kamboja

Indonesia Resmi Jadi Ketua AMMDM 2026, Kepala BNPB Terima Estafet Kepemimpinan di Kamboja

Kontak Informasi indonesiareports.com
Redaksi: redaksiindonesiareports[at]yahoo.com
Iklan: iklanindonesiareports[at]yahoo.com