MENU TUTUP
Terpopuler     Nasional Daerah Home

Menghidupkan Dapur Nusantara, NFA Dorong Kemandirian Pangan Lewat Rumah Pangan B2SA

Rabu, 10 September 2025 | 22:56 WIB / Redaksi
Menghidupkan Dapur Nusantara, NFA Dorong Kemandirian Pangan Lewat Rumah Pangan B2SA program Rumah Pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA). Dok: Istimewa.

Jakarta - Aroma dapur nusantara kian semerbak dari tangan-tangan warga yang mengolah potensi pangan lokal menjadi hidangan bernilai lebih. Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus menyalakan semangat itu lewat program Rumah Pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA).

Program ini tak sekadar mengajarkan masyarakat untuk makan sehat, melainkan juga menanamkan kemandirian dalam mengolah apa yang tumbuh di tanah sendiri.

“B2SA bukan hanya tentang gizi, tapi juga keterampilan. Kami bersama dinas daerah membekali masyarakat dari pengolahan hingga pengemasan, agar pangan lokal punya nilai tambah dan bisa menjadi penggerak ekonomi daerah,” tutur Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal, di Jakarta, Selasa (9/9).

Semarang dan Kendal: Kisah dari Dapur Warga
Di Kota Semarang, warga Tlogosari Wetan kini tak lagi melihat ikan lele hanya sebagai lauk sederhana. Dari dapur-dapur mereka lahir abon gurih dan marinasi beku yang siap bersaing di pasar modern. Sementara di Karangmulyo, Kabupaten Kendal, pangan lokal bertransformasi menjadi kudapan khas: peyek kacang hijau, bolen pisang, dan abon ayam yang laris manis di pasaran.

Produk-produk itu masih dipasarkan secara sederhana: lewat pesan singkat, antar tetangga, atau promosi di media sosial. Namun semangat warga membumbung tinggi. Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah bahkan bermimpi menjadikannya oleh-oleh khas daerah.

Tak mau menunggu lama, Lurah Tlogosari Wetan pun membuka ruang kecil di depan kantor kelurahan gerai UMKM desa yang menjadi etalase cita rasa lokal. Dari etalase itu, pangan hasil karya tangan ibu-ibu kampung siap menyapa konsumen lebih luas.

Antusiasme Pasar Mulai Terlihat
Harga produk dibuat terjangkau. Abon lele 100 gram seharga Rp25.000, lele marinasi beku 500 gram Rp20.000, dan abon ayam pada peluncuran perdananya langsung terjual 400 kemasan. “Data ini menunjukkan antusiasme pasar sudah ada, tinggal kita dorong agar berkembang lebih masif,” jelas Rinna.

Dari Lokal Menuju Nasional
Rinna menegaskan, keberhasilan di Semarang dan Kendal adalah bukti nyata pentingnya dukungan pemerintah daerah dan peran aktif PKK. Ia berharap praktik baik ini dapat menjadi pijakan untuk melahirkan model serupa di berbagai pelosok negeri.

“Setiap daerah punya kekayaan pangan sendiri. Ketika masyarakat mampu mengolahnya dengan baik, bukan hanya gizi yang meningkat, tapi juga martabat ekonomi warganya. Inilah wajah kemandirian pangan yang kita cita-citakan,” pungkasnya.

Baca Juga

Kolaborasi NFA, Bulog, dan DPR Kawal Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan

Dari Desa untuk Indonesia, NFA Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Program B2SA

Bapanas Bersama Kemhan dan KADIN Siapkan Strategi Swasembada Pangan

Arief Prasetyo Adi Turun ke Lapangan, Menyusuri Jejak Harga Beras yang Tak Terkendali

Kontak Informasi indonesiareports.com
Redaksi: redaksiindonesiareports[at]yahoo.com
Iklan: iklanindonesiareports[at]yahoo.com