MENU TUTUP
Terpopuler     Nasional Daerah Home
Pendidikan Pesantren

Membentuk Santri Jadi Manusia Seutuhnya

Selasa, 12 Oktober 2021 | 16:10 WIB / Ali Ramadan Suhaidi
Membentuk Santri Jadi Manusia Seutuhnya Dr. Hilmy Muhammad pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Bantul, Yogyakarta yang juga anggota Komite III DPD RI. (gushilmy.id)

Pesantren adalah satu lembaga pendidikan keagamaan di Indonesia yang berlandaskan atas ajaran Islam. Pertumbuhan dan perkembangannya di tanah air pada awalnya berkat kiprah besar para pendiri dan kyai pesantren yang
mengasuhnya.

Pesantren juga menjadi jembatan utama bagi proses internalisasi dan tradisi Islam kepada masyarakat. Melalui pesantrenlah Agama Islam menjadi membumi dan mewarnai seluruh aspek kehidupan masyarakat, sosial, keagaman, hukum, politik, pendidikan, dan lingkungan.

Hilmy Muhammad, salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Bantul Yogyakarta, ini mengungkapkan, lembaga pesantren dibangun di atas fundasi keagamaan Islam yang kemudian berkembang menjadi penggerak sosial, lembaga ekonomi, hingga menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat.  

Begitu juga halnya dalam pembentukan karakter santri, pesantren bukan hanya transfer ilmu pengetahuan, namun yang lebih penting bagaimana ilmu itu diamalkan di dalam kehidupan bermasyarkat.

“Pengetahuan itu diaplikasikann ke dalam kehidupan keseharian yang ditunjukkan oleh sosok seorang kyai kemudian diikuti oleh para santrinya yang terus bergulir selama 24 jam,” ujar Hilmy yang juga anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI ini.

Mereka para santri dan kyai kata Hilmy tinggal di pondok bersama, bahkan dalam satu kamar, sehingga rasa kebersamaan bisa terjalin erat dan merasakan jalinan kekeluargaan dan persaudaraan yang erat.

“Di sinilah timbul nilai pengajaran yang bukan hanya transfer knowledge, tapi transfer nilai, prilaku, mental, dan karakter,” kata kyai, buyut dari Kiai Munawwir, ulama besar di Nusantara dalam bidang Alquran.

Pesantren Krapyak berdiri sejak 2011, sudah lama menjadi bagian dari masyarakat Yogyakarta. Budaya sopan santun dan rasa malu sudah menjadi bagian dari kepribadian masyarakat. Bukan hanya soal akhlaknya, tetapi juga ekonomi dan kebudayaan.

“Kalau pesantren ada acara sering melibatkan masyarakat dan demikian sebaliknya,” kata lulusan Magister Arabic Language di Khourtoum International Institute, Sudan ini.

Umum dan Agama  

Zaman dulu pesantren memang mengkhususkan diri untuk menjadi seorang kyai. Tetapi hari ini pesantren menjadi semakin terbuka sesuai dengan tuntutan masyarakat dan pasar.

Hilmy mengatakan, sebagian orang tua dari santri menginginkan kelak anaknya bisa menyandang profesi umum di luar bidang keagamaan. Seperti Pesantren Krapyak tetap menerima santri atas kemauan orang tuanya,  tetapi memiliki pengetahuan keagamaan yang lebih daripada masyarakat umum.

“Pesantren Krapyak sendiri punya beberapa jurusan. Ada jurusan IPS, IPA, Bahasa, dan agama. Kemudian kami mengelola dan memanage,” Jelas Doktor lulusan bidang al-Quran dan as-Sunnah Universitas Kebangsaan Malaysia ini.

Hilmy mengungkapkan, sejak awal Pesantren Krapyak sudah menggali minat siswa. Jika anak ini nantinya menginginkan untuk menjadi seorang kyai maka akan dimasukkan ke jurusan keagamaan. Namun, kalau anaknya ingin mengambil profesi seperti di masayarakat pada umumnya maka akan dimasukkan ke jenjang jurusan umum.

“Hari ini kami punya contoh yang terbaik. Setiap tahun kami bisa meluluskan anak-anak ini masuk ke UGM, UI, dan Undip. Kami punya anak itu masuk olympiade juara tingkat provinsi, dan sebanyak empat orang itu mewakili DIY ke tingkat nasional,” ungkap cucu Kiai Ali Maksum ini.

Bukan hanya di Indonesia, beberapa lulusan juga berhasil melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah dan Afrika seperti di Universitas di Yaman, Al-Azhar dan Tunisia.

“Mereka masuk lewat tes di kementerian agama dan santri-santri kami ikut berkompetisi di situ bersama dengan ribuan santri yang lain. Dan Alhamdulillah, setiap tahun pasti ada 5-9 siswa. Artinya apa yang kami lakukan di sini bisa diterima oleh dunia global,” kata putra Kiai Hasbullah-Nyai Hanifah ini.  

Di Pesantren Krapyak terdiri dari beberapa jenjang pendidikan, mulai dari tingkat SMP, SMA, bahkan hingga perguruan tinggi. Perguruan tinggi ini bernama “Ma’had Aly” Krapyak untuk mencetak kader ulama dan kyai.

“Kami menjadi satu-satunya pesantren yang punya kampus Ma’had Aly itu. Kami punya jurusan filsafat hukum islam,” terang Hilmy.

Baca Juga
Kontak Informasi indonesiareports.com
Redaksi: redaksiindonesiareports[at]yahoo.com
Iklan: iklanindonesiareports[at]yahoo.com