Komjen. Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.H : Sosok Polisi Yang Agamais Yang Sudah Tepat Menakhodai BNPT
Jakarta - Tak nampak raut wajah Boy Rafli Amar ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantiknya sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Rabu (6/5/2020) kemarin. Harap maklum, ketika dilantik, baik presiden maupun Boy sama-sama mengenakan masker.
Yang kita ingat adalah ketika membayangkan wajah Boy Rafli, raut wajahnya beriman, gaya bicaranya tenang, sejuk, nada suaranya datar, serta amat jarang emosional ketika di wawancara oleh awak media.
Sukses menapaki karir di Bagian Kehumasan di Mabes Polri, Pria yang merupakan alumni Akademi Kepolisian angkatan 1988 kelahiran 25 Maret 1965 ini, kini telah menginjak usia 55 tahun.
Karena itu, setelah resmi dilantik Boy Rafli yang kini berpangkat inspektur jenderal (irjen) atau jenderal bintang dua, tentu akan menyandang pangkat komisaris jenderal (komjen) atau jenderal bintang tiga Polri di pundaknya.
Usai dilantik, Boy Rafli mengutarakan program prioritas yang akan dia jalankandi masa awal jabatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dia bilang, lebih dulu akan memfokuskan kerjasama dalam dan luar negeri sebagai salah satu prioritas dalam menanggulangi terorisme di Indonesia.
“Fokus kami nanti akan lebih meningkatkan kerjasama dalam negeri maupun luar negeri, karena kita tahu terorisme adalah kejahatan transnasional, kejahatan yang terogranisir, kejahatan yg luar biasa. Jadi perlu suatu jalinan kerja sama semua pihak yang maksimal,” jelasnya dilantik Presiden Joko “Jokowi” Widodo, di Istana Merdeka Rabu kemarin.
Program berikutnya adalah, Boy mengatakan ia akan bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat untuk memastikan tugas pemberantasan terorisme dan radikalisme efektif. “
Sebagaimana yang dipesankan Bapak Presiden Jokowi, kita harus bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat, tokoh agama, alim ulama, di dalam rangka memoderasi pemikiran-pemikiran yang, katakanlah, selama ini mengarah ke pemikiran radikal,” ujarnya, menambahkan bahwa Presiden Jokowi memerintahkan BNPT untuk lebih memperkuat program deradikalisasi.
Boy juga mengatakan akan menggandeng para ulama dalam memberikan pencarahan pada masyarakat, “Sehingga generasi muda kita tidak banyak yang terbawa, yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengan utamanya adalah nilai-nilai luhur bangsa kita yang berdasarkan Pancasila.”
“Dan kita berterima kasih ulama-ulama di Indonesia ini adalah ulama yg hubbul wathon minal iman. Jadi keimanan adalah, cinta negeri adalah sebagian dari iman. Jadi kita bersyukur,” tambahnya
Dukungan Berbagai Pihak
Sementara itu, terpisah Peneliti Terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) Thayep Malik mengatakan sosok Boy Rafli merupakan orang yang cukup berpengalaman di bidang penanganan terorisme.
“Sejak 2006, dia sudah berinteraksi dengan terorisme dan punya pengalaman kehumasan yang panjang sehingga bisa membangun citra penanggulangan terorisme,” kata Thayep.
Menurutnya, banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi dan diteruskan di masa kepemimpinan Boy. Sebut saja misalnya, sudah saatnya mengevaluasi program deradikalisasi mantan napiter (nara pidana terorisme) yang selama ini hanya mementingkan kuantitas bukan kualitasnya.
“Kasus residivis masih banyak yang kembali berbuat terorisme, harus diukur residivis yang selama ini jadi pembinaan berhasil atau tidak,” ujarnya.
Tantangan lainnya menurutnya adalah menangani para Foreign Terrorist Fighters (FTF) yang akan pulang ke Indonesia dalam waktu dekat ini dan deportan pro ISIS.
“Banyak diantara mereka yang tidak mau pulang sehingga jika dipulangkan maka dikhawatirkan akan melakukan aksi di Indonesia karena ideologi mereka masih kuat,” ujar dia
Dia berharap pembinaan mantan napiter menggandeng stakeholder setempat di daerah masing-masing. “BNPT tidak bisa bekerja sendiri, ada sembilan ormas yang bisa dimanfaatkan dan mendapat perhatian khusus dalam membina mantan napiter,” kata dia.
Beberapa ormas tersebut seperti Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) di Lamongan Jawa Timur, Yayasan Gema Salam di Solo Raya, dan Yayasan Persadani di Semarang.
Dukungan lain daatang dari Peneliti terorisme, Noor Huda Ismail. Dia menilai sosok Boy merupakan sosok yang tepat untuk menjabat posisi tersebut.
“Beliau sangat paham isu terorisme di Indonesia, utamanya masalah deradikalisasi. Apalagi beliau kan juga akademisi,” terangnya.
Hal senada di sampaikan Anggota DPR Komisi III, Achmad Dimyati Natakusumah.“Dia dikenal sebagai polisi yang baik dan agamis. Dia bisa mengetahui mana yang radikal, fanatik dan mana yang berpotensi menjadi teroris,” kata Achmad.
“Semoga dia bisa melakukan pembinaan dan penyadaran dengan cara yang lebih spiritual karena dia juga ustadz dengan pengalaman religius yang kuat. Penindakan bisa dilakukan dengan tenang tapi tegas,” tambahnya.
Profil Singkat
Sebelumnya dilantik sebagai Kepala BNPT, Boy Rafli menjabat sebagai Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Ia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Banten pada 2014 dan Kapolda Papua pada 2017.
Boy Rafli khabarnya sudah sempat bersinggungan dengan dunia terorisme sejak 2007 saat menjadi Kapolres Pasuruan. Dia menjadi Kepala Unit Negosiasi Penindak Densus 88 Antiteror Polri.
Pada 2009, dia diangkat menjadi Kabid Humas Polda Metro Jaya, sebelum ditarik ke Mabes Polri dan menjadi Kepala Bagian Penerangan Umum Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri pada 2010.
Dua tahun kemudian, ia naik satu tingkat jabatan menjadi Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri.
Boy sudah dinobatkan sebagai doktor ilmu komunikasi di Universitas Padjadjaran, Bandung, lewat disertasinya berjudul Disertasi Integrasi Manajemen Media Dalam Strategi Humas Polri Sebagai Aktualisasi Promoter, pada 14 Agustus 2019.