Kemendag Dorong Ekspor Produk Kayu Ringan
Jakarta-Kementerian Perdagangan menggelar 4th Indonesian Lightwood Cooperation Forum (ILCF) di Institut Pertanian STIPER (Instiper), pada 14 Oktober lalu di Yogyakarta. Kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan informasi dan menjalin kerjasama dari berbagai pemangku kepentingan pada industri kayu ringan dalam negeri.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Dody Edward mengatakan, Indonesia merupakan salah satu lumbung kayu terbesar di dunia sehingga seharusnya dapat menguasai pasar global.
Kayu ringan sebagai salah satu jenis kayu yang juga dimiliki oleh Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar, karena salah satu tuntutan pasar saat ini adalah jenis kayu yang lebih ramah lingkungan.
Sengon sebagai salah satu jenis kayu ringan memiliki potensi ini karena memiliki masa tanam hanya sekitar 3-5 tahun dan dirasa sesuai dengan permintaan pasar global khususnya Eropa. Namun demikian, Indonesia perlu memproduksi produk-produk kayu ringan inovatif dengan yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, bukan sekedar classical commodities.
Produk Indonesia dapat menjadi pioneer mengalahkan produk pesaing dari Tiongkok, khususnya di pasar Eropa. Pasalnya, selama ini bahan baku produk kayu ringan Tiongkok diimpor dari Indonesia untuk kemudian diolah menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Negara Tujuan
Kayu ringan adalah bagian dari produk technical wood, dimana tren ekspor produk technical wood Indonesia ke dunia pada tahun 2014-2018 sebesar 1.49%, dengan peringkat negara tujuan utama ekspor di tahun 2018 yakni, Jepang sebesar US$ 847,6 juta; RRT sebesar US$ 596,2 juta; Amerika Serikat sebesar US$ 472,5 juta; serta beberapa negara di Eropa berada pada peringkat 10 besar.
Selain itu, negara-negara lain di Eropa juga menjadi tujuan ekspor seperti, Inggris sebesar US$ 149,2 juta; Belanda sebesar US$ 126,8 juta; dan Jerman sebesar US$ 92,5 juta. Melihat besarnya nilai ekspor dan potensi produk tersebut, maka dukungan Kementerian Perdagangan diperlukan dalam penyelenggaraan Indonesian Lightwood Cooperation Forum (ILCF) 2019.
“Penyelenggaraan ILCF 2019 merupakan kolaborasi antara Kementerian Perdagangan, Indonesian Light Wood Association (ILWA), Swiss Import Promotion Programme (SIPPO), Instiper Yogyakarta didukung oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia, yang diselenggarakan sebagai side event dari Trade Expo Indonesia 2019,” ujar Dody Edward, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional
Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 300 pemangku kepentingan di bidang kayu di Indonesia dari pemerintah, asosiasi, pelaku usaha, dan akademisi. Forum ini menghadirkan pula 2 (dua) expert di bidang kayu ringan dari Eropa yaitu Mr. Frank Maul, IPD (Import Promotion Desk) Jerman dan Mr. Laurent Corpataux dari Haring Timber Technology, Research and Business Development Southeast Asia, NUS Research Associate.
Kegiatan kali ini dilakukan di Institut Pertanian STIPER Yogyakarta dengan maksud lebih memberdayakan akademisi. Pada kesempatan ini dilakukan pula penandatanganan Nota Kesepemahaman antara ILWA, Instiper dan Ditjen PEN Kemendag.
Tujuan dilakukannya MoU ini adalah dalam rangka memberikan dukungan untuk menghasilkan lulusan kehutanan yang mempunyai pengetahuan teknis kayu ringan untuk pasar rantai nilai global. Sehingga lulusannya selain dapat bekerja di perusahaan industry kayu ringan juga dapat menjadi eksportir di bidang tersebut.
Dalam kesempatan ini di bahas juga tentang konsep roadmap pembuatan lightwood grading yang merupakan temuan penting hasil dari kegiatan Selling Mission ke Vietnam pada bulan Maret 2019.
Ditjen PEN di dukung oleh SIPPO yang juga melibatkan beberapa pemangku kepentingan seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ILWA dan IPD menginisiasi pembuatan lightwood grading dengan juga memasukan karateristik unik kayu ringan Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan ciri khas kayu ringan Indonesia, mempermudah pelaku usaha dalam bernegosiasi dengan pembeli luar negri dan utk mengindari salah persepsi dari kedua belah pihak.