Sensasi Naik Jeep di Lautan Pasir Bromo
Jakarta - Banyak destinasi indah dan wahana wisata yang bisa dinikmati saat berkunjung ke Gunung Bromo, Bojonegoro, Jawa Timur. Menaiki mobil Jeep yang bermula dari hotel tempat menginap hingga melaju kencang di lautan pasir sejauh mata memandang, merupakan salah satunya.
Sabtu di penghujung bulan Februari 2019 silam. Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 01.20 WIB, seorang penjaga hotel tempat kami menginap mengetuk pintu kamar, maklum sebelum tidur kami minta dibangunkan karena ingin ke puncak Bromo, untuk melihat matahari terbit (sunrise), yang keindahannya sudah terkenal ke seluruh belahan dunia.
Tak perlu menunggu lama, usai bangun dan menyeruput teh pahit hangat untuk mengusir rasa kantuk serta hawa dingin, kami pun segera naik mobil jeep yang sudah standbay di halaman hotel. Kami tidak sendiri melainkan bersama empat rekan lainnya untuk sama-sama ke puncak Bromo, memang satu mobil jeep cocok untuk lima orang, hal itu juga untuk menghemat biaya sewa yang harganya lumayan mahal.
Dini hari masih gelap. Kabut tebal menyelimuti kawasan puncak Bromo. Sementara udara dingin yang mencapai 5 derajat celcius terasa menusuk kulit, pedahal saat itu jaket hangat dan kaos tangan sudah membungkus tubuh kami.
Jeep yang kami tumpangi segera berjalan meski dengan perlahan, jalan yang dilalui meliuk-liuk dan naik turun, sesekali mobil bergardan dua itu menemui tikungan tajam dengan disisi kiri dan kanan jurang terjal. kondisi tersebut membuat jantung berdegup kencang.
Setelah hampir 15 menit, nampak perkampungan penduduk yang diapit oleh perkebunan sayur mayur yang tengah menghijau, pemandangan tersebut menghadirkan sensasi tersendiri sehingga rasa ngantuk dan lelah pun seolah hilang begitu saja.
Jeep yang kami tumpangi kemudian melewati pintu masuk Wisata Bromo, yang dijaga oleh beberapa orang penduduk lokal lengkap dengan jaket, sarung serta topi kupluk di kepalanya, mereka juga dengan nikmatnya menghisap rokok kretek.
Usai membayar tiket masuk, jeep pun melaju kencang, kali ini bukan jalan terjal dan meliuk-liuk, tapi lautan pasir yang masih terutup kabut, meski cahaya lampu jaraknya hanya beberapa meter karena tertutup kabut, sang sopir tetap memacu laju kendaraanya, mungkin karena sudah terbiasa.
Untuk sampai Pananjakkan, tempat parkir mobil jeep, butuh waktu kurang lebih satu jam. Di sini kami kembali memesan minuman hangat di salah satu warung yang bertebaran di area parkir. Nampak beberapa warga yang menawarkan jasa penyewaan jaket hangat.
Dari lokasi parkir hanya perlu waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke puncak tempat melihat keindahan matahari terbit, lokasi tersebut mirip stadium lengkap dengan tempat duduk penontonnya. Sebagai gunung yang keindahannya sudah mendunia, kala itu pengunjung nampak berjejal. Mereka sudah siap dengan kameranya masing-masing untuk mengabadikan momen yang sangat menakjubkan itu.
Setelah menunggu, akhirnya sekitar jam 05.30 WIB, cahaya jingga kemerah-merahan perlahan muncul di sela-sela gunung sebelah timur. Semua pengunjung yang memenuhi lokasi berdecak kagum. Sementara itu, di bawah sebelah barat hamparan lautan pasir yang sebelumnya diselimuti kabut putih mulai menampakan jati dirinya. Begitu juga bunga edelwise dan bunga-bunga khas pegunungan yang sedang mekar merekah semakin menambah pemandangan menakjubkan tersebut.
Tidak terasa, pagi semakin merambat naik, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju lautan pasir, iring-iringan mobil jeep dengan kecepatan tinggi seolah menghadirkan pemandangan Rally Paris-Dakar. Sementara dari kejauhan kuda-kuda dan motor trail yang dinaiki pengunjung juga mulai terlihat jelas. Bromo, memang semuanya menyuguhkan pemandangan menakjubkan bagi para pengunjungnya.
Setelah tiba di area parkir, dengan cekatan dan ramah para pemilik kuda menawarkan jasa penyewaan kudanya, yang akan mengantarkan pengunjung ke puncak kawah Bromo. Selain menaiki kuda pengunjung juga banyak yang berjalan kaki, hal itu dilakukan oleh kami bersama empat rekan lainnya, dengan tujuan ingin merasakan sensasi menaiki anak tangga yang berjumlah 250 buah.
Begitu sampai di bibir kawah, rasa cape menaiki anak tangga seakan sirna begitu saja tergantikan oleh pemandangan indah hamparan lautan pasir dan Pura Agung, sebagai tempat beribadah pemeluk agama Hindu Suku Tengger.