Politisi Pindah-pindah Partai Perburuk Kinerja DPR
Kamis, 19 Juli 2018 | 20:33 WIB / Yapto Prahasta Kesuma
Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari.
Jakarta - Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari menilai banyaknya politisi yang pindah partai dan menjadi bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) dari partai lain akan memperburuk kinerja DPR.
"Saat ini kinerja DPR RI belum baik. Jika ditambah dengan banyaknya politisi yang pindah partai dan menjadi Bacaleg dari partai lain, maka kinerja DPR akan lebih buruk," kata Sundari, pada diskusi "Bacaleg: Lompat Partai, Banyak PAW, dan Gangguan Kinerja" di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (19/7).
Menurut dia, kinerja DPR sudah lama kurang baik meskipun tidak ada "migrasi politisi". "Apalagi saat ini terjadi migrasi politisi ke partai politik lain, maka akan lebih buruk," ucapnya.
Anggota Komisi XI DPR ini melihat, banyaknya anggota DPR yang pindah ke partai politik lain, maka sesuai dengan amanah UU Pemilu, anggota DPR itu harus mundur dari keanggotaan di DPR dan dari partai politiknya.
"Konsekuensinya dilakukan pergantian antar waktu. Padahal proses PAW ini lama," katanya.
Sundari yang mencermati anatomi perpindahan politisi ke partai lain, sebagian besar pindah ke Partai NasDem. Ia mempertanyakan, ada daya tarik apa di Partai NasDem, sehingga banyak politisi dari partai lain pindah ke partai tersebut.
"Ini perlu dicermati lebih dalam," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, ada belasan politisi pindah partai dan menjadi Bacaleg dari partai politik lainnya. Para "politisi migran" ini sudah memiliki basis pendukung di daerah pemilihan masing-masing.
Mereka antara lain, Okky Asokawati dari PPP menjadi bakal calon untuk Partai NasDem, Vena Melinda dari Partai Demokrat ke Partai NasDem, Krisna Mukti dari PKB ke Partai NasDem.
Kemudian, politisi dari Partai Hanura, yakni Arif Suditomo, Fauzih Amro, Rufinus H Hutauruk, Dossy Iskandar, dan Dadang Rusdina, menjadi bakal calon anggota legislatif Partai NasDem.
Syarifuddin Sudding dari Partai Hanura menjadi bakal calon legislatif Partai Amanat Nasional (PAN), padahal dia pernah menjadi sekretaris jenderal DPP Partai Hanura versi Daryatmo. Serta Siti Hediati Soeharto dari Partai Golkar ke Partai Berkarya. Ant