Karutan Depok, Sohibur Rachman : Wajar Kalau Ada yang Tak Puas
Jakarta - Menjadi Kepala Rumah Tahanan barangkali tidak pernah terlintas dalam cita-cita Sohibur Rachman yang dilantik pada Mei 2015 sebagai Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat.
Memang pekerjaan yang satu ini bukan tugas yang mudah, bagaimana menghadapi ribuan warga binaan yang berasal dari berbagai suku dan mereka bermasalah secara hukum, secara mental, ekonomi, dan sosial.
Ada yang mengancam mengobarkan kerusuhan hingga percobaan bunuh diri kerap ditemui.
Belum lagi mengurusi warga binaan yang sakit dan mencegah penyeludupan narkoba dengan beragam modus. Semua itu harus dijalani dan menjadi rutinitas.
Namun, jika semua itu dilalui berangkat dengan niat tulus dan ikhlas, menurutnya bisa menjadi tabungan ibadah. “Bukan sekarang, tapi nanti,” tuturnya kepada wartawan Indonesia Report.
Di kalangan Rutan, koleganya dan warga binaan atau narapidana, Sohibur dikenal sebagai sosok yang tegas tapi memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi. Hal inilah yang membuat pria asal Bangkalan Madura itu cukup disegani.
Ia menggambarkan, pekerjaan yang digelutinya itu sebagai pekerjaan yang indah. Bayangkan, kalau seorang guru jelas jam kerjanya. Tugasnya mempersiapkan anak didik menjadi generasi penerus bangsa.
“Tugas kami sangat mulia. Kita disini mempersiapkan manusia yang bermasalah dengan hukum agar mereka bisa siap di masyarakat. Mereka sakit, mereka mengeluh, mereka bermasalah dengan keluarga, mereka tidak nyaman, segala sesuatunya ada di kita, kami dampingi. Dan itu kami lakoni 24 jam. Itu yang menurut saya pekerjaan ini indah,” katanya bersemangat.
Menyadari pekerjaan yang berat dengan tanggung jawab yang besar itu pula, Sohibur menyadari bahwa tanpa dukungan teman-teman di lapangan, akan sulit. Semua tugas melalui Standard Operasional Prosedur atau SOP. Kepada staf dan rekan di lapangan, Sohibur berulang kali menekankan jangan sampai ada kekerasan.
Sebab narapidana itu di mata Sohibur adalah saudara-saudara kita. "Jadi perlakukanlah mereka sebagaimana manusia," ujarnya.
Tingkat kerawanan di Rutan yang dipimpinnya terhitung sangat kecil. Salah satu kiatnya, adalah memberikan hak-hak para napi itu sepenuh-penuhnya.
Para napi itu menurut Sohibur, yang terkekang hanya kemerdekaan bergeraknya. Tapi kemerdekaan melaksanakan ibadah, melaksanakan fungsi sebagai manusia untuk bisa berkomunikasi, berinteraksi tidak dibatasi.
Mereka melaksanakan kegiatan proses pembinaan itu juga diberikan seluas-luasnya. Jadi kalau sinergi antara dua komponen ini berjalan ia yakin akan nyaman.
Meski telah bekerja maksimal, Sohibur menyadari bahwa kekurangan dan ketidakpuasan disana-sini pasti muncul. Ia menganggap hal itu sebagai hal yang wajar saja.
“Kalau kami ini memang tidak menjadi pemuas itu wajar, karena warga binaan kami ribuan jumlahnya. Sepuluh orang yang mungkin kecewa dengan kami itu masih manusiawi. Tapi kalau sudah 50-100 orang yang kecewa dengan kami, kecewa terhadap layanan kami mungkin tanda kutip ada apa dengan kami,” katanya.
Tapi ia beserta staf dan semua petugas lapangan akan terus mencoba bagaimana berbuat semaksimal mungkin, sesuai dengan aturan-aturan dasar yang ada.
Biodata
Nama : Sohibur Rachman A.MD.I.P. S Sos. MH
TTL : Bangkalan/12-12-1976
Pangkat : Penata Tk I (III/D / 01-1 - 2015
Jabatan : Kepala Rutan Kelas IIB Depok
Agama : Islam
Jabatan:
1. Kasubsi Registrasi LP Narkotika Kelas IIA Sungguminasa 2007
2. Kepala Urusan Administrasi Ketarunaan AKIP 2009
3. Kepala UrusanKetarunaan AKIP BPSDM 2011
4. Kepala KPLP Lapas IIA Salemba 2012
5. Kepala KPLP Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta 2013
6. Kepala Rutan Kelas IIB Depok 2015-sekarang
Pendidikan:
1. SD Pejagan V Bangkalan 1989
2. SMPN VI Bangkalan 1992
3. SMAN II Bangkalan 1995
4. AKIP 1998
5. Sarjana Sosial 2002
6. Universitas Hasanuddin 2007