Dimakzulkan MK, Presiden Korsel: Saya Menyesal, Tapi Saya Yakin Kebenaran Akan Terungkap
Seoul - Mahkamah Konstitusi (MK) Korea Selatan (Korsel) secara resmi telah memakzulkan Presiden Korsel Park Geun-Hye pada Jumat, 10 Maret 2017 karena skandal korupsi.
Akhirnya, Park harus meninggalkan Blue House yang merupakan kantor Kepresidenan Korsel.
Park pun kini telah kembali ke rumah pribadinya di kawasan Gangnam, Seoul. Ia kembali menjalani kehidupan sebagai warga biasa.
"Saya menyesal tidak dapat menyelesaikan mandat yang diberikan kepada saya sebagai presiden," kata juru bicara Park, Min Kyung-Wook sebagaimana dilansir Reuters, Senin (13/3).
Park juga mengaku bertanggung jawab atas skandal yang membuatnya dianggap telah melanggar konstitusi dan hukum. MK Korsel memutuskan Park bersalah karena dengan sengaja membiarkan teman dekatnya, Choi Soon-Sil, mencampuri urusan negara dan memberinya akses pada rahasia negara.
Keputuskan ini sekaligus memperkuat voting di parlemen pada 9 Desember 2016 lalu yang menginginkan pemakzulan Park.
"Saya bertanggung jawab atas hasil dari semua ini," kata Min menirukan ucapan Park.
Park sendiri dalam komentar publik pertamanya usai pemakzulan mengatakan diperlukan waktu untuk mengungkap kasus ini. "Ini akan memakan waktu, tapi saya yakin kebenaran akan terungkap," kata Park.
Atas pemakzulan ini, posisi Presiden Korsel akan diisi oleh Hwang Kyo-Ahn. Dia tak lain merupakan Perdana Menteri Korsel. Pemilihan umum Korsel akan diselenggarakan dalam 60 hari ke depan atau jatuh pada tanggal 9 Mei 2017.
Demonstran membanjiri pusat kota Seoul, Minggu (6/11/2016)
Sebelumnya, aksi gelombang demonstrasi telah terjadi di Seoul, Korsel. Ratusan ribu massa yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak mengikuti demonstrasi sebagai bentuk protes atas dugaan kasus korupsi yang dilakukan Park.
Bahkan, saat itu pihak kepolisan mengatakan kalau massa yang menghadiri aksi demo itu berjumlah sekitar 170.000 orang, namun perwakilan kelompok penggalang aksi mengatakan jutaan orang turun ke jalanan.
Pemandangan aksi demo saat itu cukup menarik, karena tidak hanya kaum muda, keluarga yang membawa serta anaknya juga ikut berpartisipasi.
“Park Geun-Hye harus mundur dari jabatannya, karena ia tidak menjaga negara ini,” kata anak berusia 11 tahun, Park Ye-Na, Minggu (6/11/2016).
Teriakan dan poster bernada protes warga Korsel yang ada dalam barisan demo mendominasi jalanan Seoul yang biasanya padat dengan wisatawan mancanegara.
Dugaan pemerasan dan skandal yang dilakukan Park Geun-Hye bermula dari teman lamanya, Choi Soon-Sil, ditangkap oleh pihak kepolisian setelah terbukti melakukan pemerasan, yang mencatut nama kawannya.
Choi pun diperiksa oleh pihak berwajib atas kasus penyalahgunaan dana sumbangan dari perusahan besar Korsel, salah satunya dari Samsung.
Tak hanya meminta ”jatah preman”, ia juga diduga ikut campur dalam pemerintahan.
Park Geun-Hye telah mengajukan permohonan maaf dan melakukan pembaruan kabinet, namun penduduk Korsel tampaknya belum kembali percaya padanya.
Aksi tersebut merupakan yang terbesar, semenjak aksi serupa yang dilakukan oleh kelompok pro-demokrasi pada 1990.
Juga semenjak aksi protes terhadap keputusan Presiden Lee Myung-Bak mengenai impor daging asal Amerika Serikat pada Juni 2008. Ketika itu massa yang datang berjumlah sekitar 700 ribuan orang.