Jembatan Ampera, Ikonik dan Melegenda
Kamis, 02 Februari 2017 | 14:05 WIB / Darus
Jembatan Ampera, Palembang, Sumatera Selatan.
Palembang - Jembatan Ampera yang berada di pusat Kota Palembang, kini bukan sekedar menjadi penghubung daerah Seberang Ilir dan Ulu. Namun, telah menjelma menjadi objek wisata yang ikonik dan melegenda.
Semilir angin sepoy-sepoy terasa menerpa tubuh ketika Indonesia REPORTS mengunjungi Kota Palembang. Dari kejauhan dua tiang penyangga sekaligus penggantung Jembatan Ampera berwarna kemerah-merahan nampak jelas. Cuaca di atas langit Sungai Musi tempat Jembatan Ampera membentang tengah cerah seolah menyambut kedatangan kami yang siang itu baru sampai dikawasan wisata Jembatan Ampera.
Kota Palembang belakangan ini menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi, karena memiliki berbagai destinasi unggulan yang menarik dan tidak ada di daerah lain. Seperti Sport Komplek Jaka Baring, wisata seni, budaya hingga wisata sejarah. Tidak hanya itu, kuliner khas yang lezat dan menggugah selera juga tersedia, seperti mpek-mpek yang sudah sangat popular.
Jembatan Ampera yang membentang di atas Sungai Musi yang indah menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan. Sungai Musi sendiri meruapakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera, panjangnya mencapai 750 Kilometer dengan lebar 500 meter.
Sungai yang membelah Provinsi Sumatera Selatan dari Timur ke Barat ini bercabang-cabang. Sungai Musi memiliki delapan anak sungai besar yaitu, Sungai Komering, Sungai Leko, Sungai Rawas, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Lematang, Sungai Semangus dan Sungai Ogan.
Apabila wisatawan ingin melihat keindahan Jembatan Ampera ini waktu yang tepat adalah di malam hari. Karena di waktu itulah Jembatan Ampera memancarkan sinar berwarna-warni karena dihiasi lampu hias yang sangat terang.
Arah sinar lampu yang memancar tidak hanya menyamping, tetapi menjulang ke atas langit. Keindahan ini tampak lebih sempurna karena teknik pencahayaan yang digunakan ditata secara khusus, sehingga kemegahan jembatan ini semakin terlihat sempurna.
Namun demikian di siang hari Jembatan Ampera juga memiliki pemandangan yang tidak kalah indahnya, sebab Pemerintah Kota Palembang telah menata kawasan Ampera menjadi lebih baik lagi.
Di atas Sungai Musi, pengunjung bisa melihat secara langsung rumah apung atau yang lebih terkenal dengan sebutan rumah sakit yang menjadi rumah khasnya Palembang. Lebih seru lagi, jika wisatawan datang pada saat diadakannya festival air di Sungai Musi. Biasanya acara yang digelar adalah perlombaan perahu, kontes menghias perahu, dan perlombaan menyeberang sungai.
Puluhan pedagang mie tek-tek menjajakan daganganya di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB)
Mengulas mengenai Jembatan Ampera, yang mulai dibangun pada bulan April tahun 1962 setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno dengan biaya diambil dari rampasan perang Jepang.
Jembatan Ampera sendiri dulunya bernama Jembatan Bung Karno. Pemberian nama “Bung Karno” merupakan sebuah bentuk penghargaan kepada beliau yang memperjuangkan keinginan masyarakat Palembang untuk menyatukan Seberang Ulu dengan Seberang Ilir.
Pada saat itu, Jembatan Ampera merupakan jembatan terpanjang di Asia Tenggara. Penggantian nama Jembatan Bung Karno terjadi pada tahun 1966, saat terjadi pergolakan politik di Indonesia yang kemudian nama jembatan tersebut diganti menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).
Pada awalnya bagian tengah badan Jembatan Ampera dapat dikontrol naik turun, mengingat pada masa itu, Sungai Musi merupakan jalur utama perdagangan yang mengandalkan transportasi laut.
Namun, seiring dengan perkembangan di Kota Palembang pada tahun 1970 yang kian padat dianggap mengganggu arus lalu lintas transportasi darat. Oleh karena itu, naik turun jembatan tidak dioperasikan lagi. Karena waktu yang diperlukan untuk mengangkat jembatan tersebut relatif lama yaitu sekitar 30 menit.